Mrs.
Long sepertinya sudah masuk usia 60-an. Tetapi dia masih senang bergaul dengan
penyewa kamarnya. Disapanya satu-satu mereka-mereka yang menginap. Bahkan, dia
tanpa segan-segan memberi tahu lokasi-lokasi yang bisa dikunjungi, baik tempat
wisata ataupun toko-toko yang menjual barang dengan kualitas dan harga yang
bagus. Dicoret-coretnya kertas putih yang berisi peta HCMC.
saya, Mrs. Long, Pipit. we'll definately stay at her guesthouse next time |
Berbekal
secarik peta, saya dan teman seperjalanan, Pipit, memulai penjelajahan. Bermula
dari pasar tradisional di samping hostel. Ternyata komoditas yang dijual di
pasar tradisional Vietnam tidak berbeda jauh dengan apa yang ada di pasar kaget
dekat rumah saya. Sayur, buah, hingga ikan segar sangat familiar.
HCMC
memang cukup menarik untuk dikelilingi. Gedung-gedung tua bertebaran di
mana-mana. Sisa-sisa penjajahan Perancis masih terasa. Tetapi yang paling
menarik perhatian saya adalah bagaimana kota ini sangat mengagung-agungkan
mantan presiden mereka Ho Chi Minh. Bahkan kota yang sebelumnya bernama Saigon
diubah menjadi Ho Chi Minh City untuk menghormati sang mantan presiden. Di beberapa
foto Ho Chi Minh terpampang besar-besar.
Salah
satu cara mengenal sebuah tempat memang dari museum yang dimiliki. Pipit
berhasil menyeret saya ke beberapa museum, Independence Palace, War Remanants
Museum, Woman Museum, dan beberapa museum lain yang cuma saya lihat dari luar
karena keterbatasan waktu. Maklum, meskipun punya bekal peta kota, kami tetap
saja nyasar di sejumlah tempat. Bukan
salah tata ruang HCMC yang salah, tetapi kemampuan navigasi kami, terutama
saya, memang sangat mencemaskan.
Cathedral Notre Dame |
Berhubung
saya tipe orang yang tidak pernah riset sebelum melakukan apa-apa, saya tidak
tau sama sekali mengenai Cu Chi Tunnels. Mrs. Long menjelaskan sedikit mengenai
terowongan itu, saya iya-iya saja, melihat Pipit tertarik pergi, akhirnya cadangan
uang saya berkurang 90 ribu VND.
CU
CHI TUNNELS IS AWESOME! Kalau kata Pipit hanya insting ingin bertahan hidup
yang bisa bikin para petani dan gerilyawan Vietnam yang mampu bikin sistem
bawah tanah sehebat itu. Bagai jaring laba-laba, terowongan itu menjalar
sepanjang 200 km di bawah tanah. Sistem bawah tanah yang rampung dalam kurun
waktu 20 tahun ini memiliki tiga level kedalaman, 3 meter, 6 meter, dan 10
meter.
Saya
tidak paham benar soal sejarah, kalian cari tahu sendiri yah detil tentang
perang ini. Kalau kata si pemandu wisata, Cu Chi Village memang menjadi salah
satu konsentrasi gerilyawan Vietnam. Tentara AS juga tahu itu, tapi mereka
susah menemukan lokasi persembunyian para tentara. Mereka tanam ribuan ranjau
darat, jumlah bom yang dijatuhkan juga tidak kalah banyak, tetapi semuanya
nihil. Para tentara masih aman merangkak di bawah tanah.
Menurut
pemandu wisata (lagi!), tentara-tentara Amerika Serikat itu pada akhirnya tahu
kalau ada terowongan bawah tanah, tetapi mereka tidak bisa menemukan lokasinya.
Bertahun-tahun mereka coba cari dan juga berusaha meredam perluasan terowongan
tersebut. Mereka keluar masuk hutan, tetapi tidak ketemu satu tentara pun. Paling-paling
hanya penduduk sekitar yang hanya petani. Entah karena si tentara AS ini yang
menghormati petani yang dianggap lemah atau mereka tidak menaruh kecurigaan
sama sekali, ternyata para petani ini adalah mata-mata. Merekalah yang membantu
para tentara Vietnam di bawah sana. Suplai makanan, kiriman surat penting,
hingga peralatan perang tidak pernah putus dikirimkan ke tempat persembunyian
tentara.
Pernah
satu kali para tentara AS menemukan lubang masuk ke terowongan, namun, karena
ukurannya hanya pas untuk ukuran orang Vietnam yang mungil, mereka tidak bisa
masuk. Saking geramnya, mereka coba membakar terowongan. Usaha sia-sia, iyalah
begitu api masuk ke terowongan langsung padam karena minimnya cadangan udara di
bawah tanah. Taktik diubah, mereka mencoba membanjiri terowongan. Upaya ini
juga tidak berarti, sebab ujung dari terowongan ada yang bermuara ke sungai.
terowongan Cu Chi tampak dalam |
Salut
untuk para tentara Vietnam pada masa itu. Petani-petani yang ikut membantu saat
itu juga hebat. Saya sendiri sih akan menolak kalau disuruh berlama-lama di
bawah tanah. Berada di terowongan sepanjang 10 m dan 3 m di bawah permukaan
tanah selama 1 menit saja saya sudah ngos-ngosan. Latihan pernapasan yang saya
lakukan tiga bulan terakhir tidak berhasil saya aplikasikan akibat panik
ruangan sempit melanda.
bendera putih kalau disuruh lama-lama di sini |
Selama
beberapa tahun terakhir, setidaknya ada 44 ribu penduduk yang meninggal akibat
tidak sengaja menginjak atau mencangkul tanah yang di bawahnya ada ranjau
darat. Saking berbahayanya daerah ini, pemerintah Vietnam “membayar”
penduduknya dengan lahan pertanian dan rumah kalau mau menetap. Katanya, sih,
pemerintah AS setiap tahunnya memberikan bantuan sebesar US$ 100 juta untuk
membersihkan sisa-sisa ranjau tersebut. oh iya, ternyata mereka juga menyerang
Vietnam dengan senjata kimia. Oh menyeramkan sekali. War Remanants Museuem
punya sejumlah koleksi foto korban akibat senjata kimia itu, tapi saya tak
sanggup memotretnya.
beberapa koleksi propaganda selama perang Vietnam |
kapan neh ke sononya, Kakak Efi? nice travelling. Selanjutnya ngincer ke mane aje? :)
ReplyDeletewaktu cuti kemaren, Mas. inceran berikutnya mah banyak euy. hahahaha
Delete